Jan 21, 2009

Ketika Tak Tahu Harus Menulis Apa

Setelah segala kesibukan, baik yang benar-benar sibuk maupun yang disibuk-sibukkan, aku tergerak untuk menulis kembali di halaman ini.

Apa yang akan ku tulis?

Buntu.

Lalu aku teringat tentang dia. Dia yang dulu sering menyuruhku menyebutkan satu cita-cita sebelum tidur. Tentang ingin jadi apa aku saat besar nanti. Yang kuingat, betapa tidak kreatifnya aku. Walau banyak yang kusebutkan, tapi selalu diawali kata yang sama. Insinyur. Satu hari kusebutkan aku ingin jadi insinyur pertanian. Besoknya ganti insinyur bangunan. Lalu berubah lagi insinyur mesin. Kemudian insinyur ini... insinyur itu... Dia hanya tersenyum dan berkata 'bagus', 'bisa saja' atau 'boleh'. Sikap yang membuatku berpikiran bahwa dia inginkan aku jadi 'insinyur'.

Maka aku masuk teknik mesin. Tapi... baru sebentar aku menjalani, muncul peraturan semena-mena yang meniadakan 'insinyur'. Keinginanku untuk membuatnya bahagia dengan menjadi 'insinyur' baginya, kandas sudah. Aku hanya bisa mempersembahkan 'sarjana teknik' kepadanya.

Dan kenyataan yang lebih menyedihkan adalah ketika pada suatu hari dia mengaku betapa dia sebenarnya menginginkan aku menjadi dokter. Aku tak bisa berkata apa-apa.

0 comments:

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP