Mar 14, 2009

Kisah Malam Jum'at

Kejadian bus KramatDjati masuk jurang ternyata tidak membuat bus itu kehilangan penumpang. Aku termasuk salah satu yang masih memakai jasa bus itu, walau sudah sering dikecewakan. Bukan karena sudah cinta mati he.. he.. tapi karena satu alasan yang sangat praktis. Agen bus ini paling mudah aku capai. Kamis (malam Jum'at) 12 Maret 2009 kembali aku naik bus KramatDjati jurusan Jogja - Bandung. Dan kembali aku mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan.

Pertama, setelah berhenti untuk istirahat makan di Karanganyar, bus tidak segera berangkat. Ternyata AC rusak. Lama tidak bisa diperbaiki akhirnya kami berangkat tanpa AC. Bayangkan... bus yang didesain dengan kaca tidak bisa dibuka harus kami naiki tanpa AC. Panas. Untung setelah hampir tak tahan dengan panasnya, tiba-tiba bus berhenti dan kami dipersilahkan pindah bus lain. Alhamdulillah, AC bus penggantinya berjalan normal. Kedua, saat menaiki tanjakan Nagrek, tiba-tiba terdengar bunyi gelontangan di mesin dan bus pun mogok. Setelah lama tidak bisa diperbaiki semua penumpang disuruh keluar untuk pindah bus lagi. Untung sedang tidak hujan. Saat bus pengganti datang, he..he.. itu bus pertama yang AC-nya mati tadi. Ketiga, karena banyak waktu yang terbuang akhirnya sampai bandung sudah siang. Sopir bus memutuskan untuk tidak lewat terminal Cicaheum karena macet. Dengan semena-mena, tanpa ucapan maaf, penumpang yang akan ke arah Cicaheum (termasuk aku) diturunkan di Cibiru. Keempat, perjalanan selanjutnya diteruskan dengan angkot. Hahh... mau jantungan rasanya. Itu sopir angkot ugal-ugalan pisan.

Haruskah aku marah-marah atas ketidakenakan-ketidakenakan yang telah aku alami? Aku rasa tidak perlu. Karena apakah kalau kita marah-marah lalu AC tidak jadi rusak? Mesin gak jadi ngadat? Kejadian-kejadian itu ada di luar kendali kita. Dan kita tidak bisa memaksa agar hal-hal di luar kita selalu sesuai dengan keinginan kita. Mungkin kalau kita yang memiliki bus, kita bisa selalu mengontrol keadaan bus agar kejadian-kejadian tak mengenakkan tak perlu terjadi. Tapi kita bukan. Dalam kejadian di atas, apa yang ada dalam kendali kita adalah saat memutuskan akan naik bus apa. Begitu tiket sudah terbeli dan kita telah ada di atasnya, maka semuanya sudah ada di luar kendali kita. Jadi putuskan dengan bijak bus apa yang akan anda naiki. Karena kita selalu punya pilihan.

Read more...

Feb 9, 2009

Ospek Berbuah Duka

Minggu, 8 Februari kemarin, sesosok tubuh kaku terbujur di RS Borromeus Bandung. Sosok tubuh kaku itu adalah Dwi Yanto (20), mahasiswa Teknik Geodesi Instittut Teknologi Bandung. Beritanya simpang siur. Ada yang mengatakan bahwa pihak RS Borromeus sempat melakukan tindakan sebelum akhirnya Dwi Yanto meninggal. Ada juga yang mengabarkan bahwa Dwi Yanto saat datang sudah dalam keadaan tak bernyawa sehingga RS tak sempat melakukan tindakan apapun. Berita tentang sebab-sebab kematian Dwi Yanto juga tidak jelas. Dan kayaknya itu tak akan pernah menjadi jelas karena pihak keluarga tidak mengizinkan otopsi. Ketidakjelasan itu semakin membuat tanya ketika pihak keluarga menyatakan bahwa Dwi Yanto tidak pernah memiliki penyakit serius. Satu yang sudah jelas adalah Dwi Yanto meninggal saat mengikuti ospek jurusan. Satu lagi contoh kematian sia-sia-kah?


Ospek. Rasanya sudah dari dulu aku mendengar 'ada yang meninggal' saat mengikuti ospek. Tapi budaya ospek tetap saja ada. Seolah ingin melanggengkan kabar seram 'ada yang meninggal' saat mengikuti ospek. Sebenarnya apa sih gunanya ospek? Wahai MUI bisakah kalian meluangkan waktu sejenak untuk ber-ijtima' tentang ospek? Duhai Gubernur Jabar dapatkah kau istirahat sebentar dari memikirkan goyang pantat (maaf) jaipong guna membahas ospek ini? Ayo semuanya... tolong beri aku pencerahan tentang manfaat besar di balik ospek. Tak ada suara tak ada jawab. Semua diam. Menambah keyakinanku bahwa memang ospek itu tidak penting. Saat kau lulus kuliah nanti, yakinkah kau bahwa mereka-mereka di lingkungan kerja yang akan kau masuki, peduli dengan pengalaman ospekmu di masa lampau? Saat kau melamar seorang gadis nanti, perlukah kau menyusun laporan tentang pengalaman ospek lampaumu untuk calon mertua? Dan saat kita berpulang nanti, yakinkah kau bahwa surga hanya dicipta untuk orang-orang yang mempunyai pengalaman ospek di masa lalunya? Ospek hanya dan cuma akan menjadi sepenggal memori. Itu kataku.

Dan sepenggal memori sangat rentan untuk dinafikan. Makanya sebelum penggalan memori tentang ospek-ospekku menjadi sesuatu yang terlupakan, aku ingin menuliskannya disini. Untuk melihat lagi benarkah ada manfaat yang telah kudapat dari ospek-ospek yang pernah kuikuti. Aku pernah mengalami beberapa kali ospek. Saat masuk SMA, terima kasih kepada Allah aku masuk bertepatan dengan saat pemerintah melarang keras kegiatan ospek dan menggantinya dengan penataran P4. 'Coba kamu... iya kamu... apa hukumannya jika bapakmu yang PNS tidak mencoblos golkar?' ha.. ha.. ha.. Saat itu Gus Mus berkata, 'negeriku telah menguning'.

Sebenar ospekku yang pertama adalah saat masuk Politeknik Undip Semarang. Di sini aku mengalami dua kali perploncoan. Seminggu diplonco menwa di kampus Tembalang lalu dilanjutkan 3 minggu diplonco di pusat latihan tempur (puslatpur) Klaten oleh bapak-bapak tentara. Semuanya aku jalani dengan kepala plontos dan berseragam ijo-ijo ala tentara. Mereka menyebutnya dengan latsarmil, latihan dasar kemiliteran. Aku dulu sempat heran, mau jadi ahli madya teknik aja kok musti digojlok ama tentara segala. Konon sih biar kami menjadi sosok yang berdisiplin dan berdaya juang tinggi. Kalau kuingat-ingat lagi, 'kok aku bisa tahan ya?' Ada satu kejadian yang masih bertahan di ingatan. Saat seminggu di plonco menwa, kami diwajibkan tidur di tenda-tenda tentara yang didirikan di lapangan sepak bola politeknik. Acara perploncoan berlangsung dari pagi sampai menjelang maghrib. Aku lupa kegiatannya apa saja. Yang jelas selalu ada tugas untuk di bawa besok paginya. Nah suatu hari masing-masing kami ditugaskan untuk membawa satu ekor lalat betina plus isi pensil mekanik seri HB 5 batang. Tampa pakai lama, kami semua memutuskan bahwa tugas itu tugas yang mengada-ada dan tanpa menunggu fatwa dari MUI kami memutuskan tugas itu haram hukumnya untuk dilaksanakan. Esok harinya ketika ditanya, 'siapa yang tidak melaksanakan tugas?' Kami semua maju ke depan. Si menwanya kaget, 'ada apa ini, kalian mau melawan ya?' Tidak dinyana di tengah-tengah kami ada yang menjawab, 'kalau iya mau apa?' Si menwa semakin marah, 'yang bicara maju ke depan.' Kami semua sekali lagi maju ke depan. Si menwa lalu menarik salah satu dari kami, digelandang ke pos panitia. Gantian kami yang marah, kami pun mengejar si menwa untuk dipukuli rame-rame. Ha..ha..ha.. menwa arogan itu lari terbirit-birit.

Aku cuma setahun di politeknik undip. Lalu pindah ke UGM untuk melalui pengalaman ospekku yang kedua. Saat itu ada wanti-wanti dari rektor, 'yang ketahuan melakukan ospek kebangetan, keluar dari ugm'. Jadi ya gitu... yang banyak mengancam malah peserta ospeknya, 'kakak mau, saya laporkan ke rektor?' Saat itu saya lihat juga panitia ospeknya cepet sekali panik dan pias jika ada peserta yang tiba-tiba jatuh. Padahal kami memang sengaja bergiliran pura-pura pingsan. Yang paling berkesan cuma satu, yaitu saat kegiatan mengumpulkan buku bekas. Tiba-tiba salah seorang panitia berteriak, 'siapa ini yang mengumpulkan buku nick carter?' Dan ha..ha..ha.. dengan lugunya salah satu teman mengangkat jari dan maju ke depan. Sejak itulah dia dipanggil si saru. Lalu jurusan mengadakan ospek tersendiri. Tak ada yang bisa kuingat dari ospek jurusan ini. Aku bahkan gak ingat apakah aku mengikutinya atau tidak. Gak penting lah. Cuma konon saat itu ada satu teman seangkatan yang tidak mengikutinya. Dan karena ada ancaman bahwa yang tidak punya sertifikat ospek tidak boleh mengajukan bea siswa dan mengikuti kegiatan non akademik lainnya di kampus, maka sang teman ini pun mengikuti ospek jurusan bareng adik-adik angkatan. Lalu dia meninggal dalam kegiatan ospek tersebut. Padahal saat itu panitia ospeknya adalah teman-teman angkatan dia juga. Aku tidak ingat bagaimana kejadian persisnya, aku bukan salah satu panitia ospeknya. Kan sudah kubilang... bagiku, ospek itu tidak penting.

Setelah kutulis lagi apa yang kuingat dari pengalaman ospekku, ternyata memang tidak ada manfaat besar yang bisa kita peroleh dari pelaksanaan ospek. Jadi... yuk kita hilangkan budaya ospek.

Read more...

Jan 28, 2009

We will not go down... without a fight

Cerita tentang kekejaman perang selalu menyisakan duka. Terlebih jika yang menjadi korban adalah mereka yang tak berdaya, yang bahkan tak tahu menahu 'mengapa terjadi perang'. Lalu kubayangkan diriku di tengah kancah perang. Rapuh. Itu pasti. Tapi aku lelaki, terlahir untuk melindungi. Dan itu berarti satu. Lawan!

Aku tidak sedang mengajak berperang. Tapi perang bentuknya bisa bermacam. Dan setiap kita selalu memiliki perang-perang kita sendiri yang datang silih berganti. Kadang menang, kadang kalah, itu biasa. Asal jangan menyerah. We will not go down... without a fight. Seperti yang coba disuarakan Michael Heart (aka Annas Alaf) dalam Song for Gaza-nya berikut:




Izinkan aku mencapai kegemilangan dalam 'perang'-ku ini ya Allah. Amin.

Read more...

Jan 26, 2009

Tapi Umur adalah di Tangan Allah

Hari ini aku dikagetkan dengan berita tentang bus Kramat Djati yang masuk jurang di daerah Malangbong, Garut. 5 orang meninggal dalam kecelakaan itu. Aku kaget, ngeri, was-was atau apalah namanya, karena kebetulan bus yang kecelakaan itu adalah bus yang selama 3 tahun lebih kunaiki untuk bolak-balik Yogyakarta-Bandung (Patas AC Kramat Djati jurusan Wonogiri-Bandung). Apakah ini pertanda bahwa aku harus ganti bus lain, mengingat aku masih harus bolak-balik Bandung-Yogyakarta untuk sekitar 2 tahun ke depan?

Sebenarnya aku telah dua kali mengalami kecelakaan bersama bus Kramat Djati ini. Kecelakaan pertama terjadi di sekitar Nagreg pada dini hari sekitar jam 3-an. Saat masih dibuai kantuk, tiba-tiba... duarr!!!... bis menabrak Elf. Tidak ada korban jiwa saat itu tapi mangkel berat karena ketika hati masih trataban aku harus meneruskan perjalanan ke Bandung dengan berdiri. Kejadian kedua terjadi di sekitar Gombong. Sekitar jam 10-an malam, bus berangkat lagi ke arah Bandung setelah istirahat makan malam. Saat itu sedang hujan walau tidak deras, tiba-tiba... duag!!!... bus seperti menabrak sesuatu, bus sempat oleng untung masih bisa dikendalikan. Kulihat kaca depan bus retak. Penumpang pun bertanya-tanya tapi bus terus melaju. Di sebuah pos polisi, bus berhenti. Semua penumpang diminta turun. Ternyata bus habis menabrak orang. Hebatnya... sang sopir terlihat begitu tenang seolah itu hal biasa. Padahal kudengar kemudian, orang yang tertabrak tadi meninggal. Walau dikatakan juga bahwa yang tertabrak mati itu adalah orang gila yang lagi mengejar anjing, tapi nyawa tetaplah nyawa sesuatu yang seharusnya sangat berharga.

Tapi umur adalah di tangan Allah. Walau ketika naik bus atau angkutan umum lainnya kita seolah-olah sedang memasrahkan nasib kita, seolah-olah sedang menitipkan nyawa kita kepada sopir, dan kita tak bisa berbuat apa-apa ketika mungkin lalu kita mengalami kecelakaan karena sopirnya ngantuk atau karena sopirnya memang ugal-ugalan, tetap yakinlah bahwa umur itu di tangan Allah. Karenanya jangan berhenti percaya pada kasih-Nya, jangan pernah berhenti menyebut nama-Nya.

Note: Gambar diambil dari kompas[dot]com.
_______________________________________

Update Selasa, 27 Januari 2009:

Waktu: Kecelakaan diperkirakan terjadi pukul 03.30 WIB

Lokasi: Jurang Malangbong, tepat di tikungan tajam antara Kampung Parahulu dan Pasar Lewo. Kemiringan Jurang mencapai 80 derajat. Di tikungan tersebut tidak ada pagar besi yang melindungi.

Korban: 8 orang luka ringan, 14 orang luka berat dan 6 orang meninggal,
1. Muhammad Iman (44th) dan putrinya,
2. Karina (15th) warga Cijawura Girang, Kota Bandung.
3. Pasangan suami istri Tugimin (40th) dan
4. Winarsih (37th) warga Permata Biru Cinunuk Kabupaten Bandung.
5. Ny. Sisan (70th) warga Klaten Jawa Tengah dan
6. Sopir bus, Jajang Saefuloh (35th) warga Ciparay Kabupaten Bandung.

Kami ikut berduka cita atas kecelakaan ini. Semoga arwah para korban di terima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan pun tabah menerimanya. Kecelakaan sudah terlanjur terjadi, tak ada gunanya mencari siapa yang salah dalam hal ini. Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi kita semua untuk introspeksi dan mengoreksi diri dan mengambil tindakan agar kecelakaan tidak terjadi lagi, nanti.

Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat

Read more...

Jan 23, 2009

The Dark Tower Continuum

Selesainya seri The Dark Tower pada tahun 2004 ternyata membuat banyak pihak merasa kehilangan dan merindu. Maka mulai Februari 2007 The Dark Tower muncul kembali dalam bentuk novel grafis. The Dark Tower bentuk baru ini bernaung di bawah bendera Marvel bersama-sama Spider-Man, Iron Man, X-Man dan Man-Man yang lainnya. Sampai saat ini novel grafis The Dark Tower telah ada 3 seri.

1. The Dark Tower: The Gunslinger Born (2007)
Terdiri dari 7 bagian, diterbitkan mulai Februari 2007 sampai Agustus 2007. This first series works in conjunction with the events of Wizard & Glass and the showdown between Roland’s tet and the Big Coffin hunters. The series expands the saga of Roland Deschain by filling in the much asked about background of the character. For the first-time ever, the comic will examine the complete origin of Roland, showing him grow from a boy into the adult millions of readers have followed for years.

2. The Dark Tower: The Long Road Home (2008)
Terdiri dari 5 bagian, diterbitkan mulai Maret 2008 sampai Juli 2008. Treading uncharted territory in the Dark Tower mythos, The Long Road Home finds Roland’s ka-tet intact but unraveling. In the shadow of the shocking murder of Susan Delgado — the young woman who had won Roland’s heart and carried his child — the trio of young gunslingers track a road out of Hambry fraught with peril. While Alain and Cuthbert try to keep ahead of the pursuing Big Coffin Hunters and cut through the formidable menaces that stand in their way, Roland lies in a coma, his consciousness trapped in Maerlyn’s Grapefruit, a mystical sphere inside of which many important secrets are locked; its revelations may bring death — or worse!

3. The Dark Tower: Treachery (2008 -2009)
Direncanakan terdiri dari 6 bagian yang akan diterbitkan mulai September 2008 sampai Februari 2009). Treachery is the third arc in Marvel's Dark Tower series. Roland and his Ka-tet have returned to Gilead. Unfortunately, Roland has held onto the evil Maerlyn’s Grapefruit and grown obsessed with gazing into its pinkish depths regardless of the negative effects it has taken on his body.

Tidak seperti novelnya, aku tidak punya keinginan yang kuat untuk mengoleksi novel grafis The Dark Tower ini. Tapi terimakasih kepada teknologi internet sehingga aku bisa membaca dan menikmati gambar-gambar indah yang ada di dalamnya. Kepada semua saja, yang ingin ikut menikmati novel grafis ini secara free, ini aku kasih info dimana bisa men-downloadnya. Untuk seri pertama, The Gunslinger Born, dapat diperoleh di sini dan seri kedua, The Long Road Home, bisa di-download lewat sini. Sedangkan seri ketiga (Treachery) baru tersedia 3 bagian. Pertama di sini. Kedua masih di sini. Dan yang ke tiga di sini juga.

Yang perlu diketahui, semua file yang ada pada link-link di atas ber-ekstensi CBR sehingga memerlukan program khusus untuk membukanya. Banyak kok program yang bisa dipakai untuk membuka file CBR ini. Satu diantaranya, yang aku pakai, adalah Gonvisor (bisa di-download lagi-lagi di sini).
Note: Gambar dan Sinopsis diambil dari satu tempat.

Read more...

Jan 22, 2009

My WishList Books - The Dark Tower Series

Stephen King begitu mengagumi The Lord of the Ring-nya JRR Tolkien. Kekaguman itu lalu dituangkan menjadi sebuah serial saga berlatar belakang western, The Dark Tower. Terdiri dari 7 buku, Serial The Dark Tower ini memiliki rentang penerbitan yang sangat panjang. Dari penerbitan judul pertama, The Gunslinger, pada tahun 1982 sampai judul terakhir, The Dark Tower, tahun 2004. Selengkapnya, serial The Dark Tower adalah sebagai berikut:

1. The Gunslinger (1982)
The opening chapter in the epic Dark Tower series. Roland, the last gunslinger, in a world where time has moved on, pursues his nemesis, The Man in Black, across a desert. Roland's ultimate goal is the Dark Tower, the nexus of all universes. This mysterious icon's power is failing, threatening everything in existence.

2. The Drawing of the Three (1987)
Part II of an epic saga. Roland, the last gunslinger, encounters three mysterious doorways on the beach. Each one enters into a different person living in New York. Through these doorways, Roland draws the companions who will assist him on his quest to save the Dark Tower.

3. The Waste Lands (1991)
Part III of an epic saga. Roland and his companions, Eddie and Susannah Dean, find the Path of the Beam that will lead them to the Dark Tower. Along the way, Roland adds two new members to his ka-tet (a group united for a specific purpose). In the decaying city of Lud, they encounter new dangers, including a sentient train that has gone insane.

4. Wizard and Glass (1997)
Part IV of an epic quest. Roland the Gunslinger and his followers have to contend with a sentient monorail intent on killing itself and taking them with it. While seeking to return to the Path of the Beam that will lead them to the Dark Tower, Roland tells his friends a story about the tragic loss of his first love, Susan Delgado.

5. Wolves of the Calla (2003)
The ka-tet has traveled to the Calla Bryn Sturgis, a tranquil community, long tormented by the Wolves of Thunderclap who have stolen their children and are then returned “roont.” With help from the ka-tet and Pere Callahan, also from a portal between worlds, the Calla folken decide this time to fight the Wolves and protect their children.

6. Song of Susannah (2004)
Susannah, now pregnant, has yet another taking control of her. The demon-mother, Mia, uses Susannah and Black Thirteen to transport to New York City of 1999. Jake, Oy, and Pere Callahan must rescue Susannah while Eddie and Roland transport to the Maine of 1977. A vacant lot in New York is the prize that must be saved and ties these together.

7. The Dark Tower (2004)
Roland’s ka-tet is reunited, but not without cost. The last episode of the story takes them on the final stretch of their journey to The Dark Tower. Though they have rescued Susannah, there are still enemies who must be dealt with along the way and who could be their ultimate destruction. Constant readers will recognize characters from past books, who like the ka-tet, have found themselves caught in the spider's web spun by the Crimson King? Gan? Questions are answered and others asked. The journey is long and ka is but a wheel.

Begitu mengetahui tentang adanya The Dark Tower series ini, aku langsung ingin membaca dan mengoleksinya. Untuk mengoleksi buku-buku ini sebenarnya sangat mudah. Pesan saja di amazon[dot]com, beres. Tapi... dasar tukang baca gak punya duwit, aku lebih memilih jalan berliku agar dapat memperolehnya dengan harga yang 'pantas' (malu oi mau menyebut 'murah'). Akhirnya, satu tahun yang lalu aku berhasil mendapatkan seri III dan IV di Gramedia Sudirman Yogyakarta masing-masing dengan harga 24ribu. Lalu hari ini, aku telah memesan secara online seri V di sini seharga 53rb dan seri VI di sini seharga 47,5rb (sudah termasuk ongkos kirim). Ini pengalaman pertama bagiku, belanja secara online. Janjinya, gak sampai seminggu buku-buku itu sudah sampai ke tanganku. Kita tunggu saja.

Jadi tinggal seri I, II dan VII yang masih harus kuburu. Ada yang bisa membantu aku untuk memperolehnya-kah? Jika ada yang tahu info di mana aku bisa membelinya atau jika ada yang mau menjual koleksinya (dengan harga yang 'pantas') bilang ke aku ya. Sukur-sukur kalau ada yang mau menghibahkannya he..he..

Untuk yang mau sekedar membacanya, bisa men-download ebook The Dark Tower Series 1-7, di sini atau di sini.
Note: Gambar dan Sinopsis diambil dari sini.

Read more...

Jan 21, 2009

Ketika Tak Tahu Harus Menulis Apa

Setelah segala kesibukan, baik yang benar-benar sibuk maupun yang disibuk-sibukkan, aku tergerak untuk menulis kembali di halaman ini.

Apa yang akan ku tulis?

Buntu.

Lalu aku teringat tentang dia. Dia yang dulu sering menyuruhku menyebutkan satu cita-cita sebelum tidur. Tentang ingin jadi apa aku saat besar nanti. Yang kuingat, betapa tidak kreatifnya aku. Walau banyak yang kusebutkan, tapi selalu diawali kata yang sama. Insinyur. Satu hari kusebutkan aku ingin jadi insinyur pertanian. Besoknya ganti insinyur bangunan. Lalu berubah lagi insinyur mesin. Kemudian insinyur ini... insinyur itu... Dia hanya tersenyum dan berkata 'bagus', 'bisa saja' atau 'boleh'. Sikap yang membuatku berpikiran bahwa dia inginkan aku jadi 'insinyur'.

Maka aku masuk teknik mesin. Tapi... baru sebentar aku menjalani, muncul peraturan semena-mena yang meniadakan 'insinyur'. Keinginanku untuk membuatnya bahagia dengan menjadi 'insinyur' baginya, kandas sudah. Aku hanya bisa mempersembahkan 'sarjana teknik' kepadanya.

Dan kenyataan yang lebih menyedihkan adalah ketika pada suatu hari dia mengaku betapa dia sebenarnya menginginkan aku menjadi dokter. Aku tak bisa berkata apa-apa.

Read more...

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP